feedburner

Teruslah bergerak, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu,
Teruslah berlari, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu,
Teruslah berjalan hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu

Nightmare..yang berujung pada muhasabah diri..

Labels:


Perasaan ini, perasaan yang kurasakan selama beberapa hari ini, perasaan yang bahkan tidak bisa kudeskripsikan benar-benar membuat hati resah. Perasaan seperti di depanmu tidak ada harapan. Perasaan seperti beban dunia ini terlalu berat. Perasaan dimana aku tidak dapat menyelesaikan semuanya. Dan akhirnya aku memilih tidur sebagai jalan keluar yang paling mungkin aku lakukan.

Kematian, siapa yang percaya dengan datangnya kematian? Aku yakin semua orang percaya akan adanya itu.

Namun, pertanyaan selanjutnya yang muncul, “sudah siapkah kita untuk menghadapinya?”. Pertanyaan yang meresahkan bukan? Selama ini kita hidup dengan tenang-tenang saja, sampai lupa bahwa sebenarnya kita hidup untuk mati. Selama ini kita mengkhayal, berharap, berencana tanpa memikirkan bahwa rencana-rencana kita mungkin saja tidak akan pernah terlaksana, karena malaikat maut telah mencabut nyawa si pembuat rencana ‘sebelum waktunya’. Siapa yang tahu, betapa tingginya cita-cita anak-anak kecil di Padang, betapa bahagianya para warga di Ciwidei saat membicarakan tentang masa depan, betapa berseri-serinya anak-anak di Palestina membicarakan tentang akan jadi apa mereka nanti. Namun, musibah dengan sekejap merebut nyawa mereka, membiarkan semua cita-cita, rencana, harapan musnah bersama terkuburnya jasad ini.

Kematian datang tanpa mengenal usia. Bukan berarti orang yang lebih tua akan cepat mati. Siapa sangka seorang cucu berusia 7 tahun dipanggil kehadapan sang Illahi lebih dulu dari neneknya yang sudah berusia 70 tahun dan sakit-sakitan. Siapa sangka seorang bayi baru lahir langsung kembali kehadapan sang Illahi bahkan sebelum ia sempat melangkahkan kakinya di dunia. Siapa sangka orang yang sehat wal ‘afiat meninggal lebih dulu dibandingkan orang yang sudah terkena penyakit kronis dan divonis tidak akan selamat oleh manusia.

Jangan berpikir bahwa kita yang sedang hidup nyaman di dalam rumah yang hangat akan selamat dari kematian dibandingkan dengan teman-teman kita yang hidup di alam. Karena kematian dapat menjemput kapanpun dan dimanapun, dan tidak ada seorang pun yang tahu. Tidak ada.

“Sudah siapkah kita untuk menghadapinya?”

Pertanyaan itu berulang kali muncul di benakku. Aku, dengan aku yang sekarang, aku akan menjawab “belum siap” . Tapi, tidak ada tawar-menawar tentang ini. Mau tidak mau harus siap. Tapi, apa yang akan kubawa saat aku mati nanti? Apakah aku akan membawa setumpuk amalan atau malah akan membawa berton-ton dosa dihadapan Allah SWT? Naudzubillahimindzalik.

Teman-teman, apakah teman-teman pernah merasakan kegalauan hidup, merasa seperti beban dunia ini terlalu berat untuk dipikul? Tenang teman-teman, karena sesungguhnya beban-beban itu merupakan sebuah batu loncatan untuk kita mencapai hari akhir. Kehidupan dunia ini fana, semu, menggiurkan namun juga tak jarang membawa pada kesesatan. Orang-orang sering bertindak tanpa berpikir bahwa hidup ini adalah segala-galanya. Kehidupan yang sekarang kita jalani adalah ‘hanya’ sebuah ‘permainan’, untuk mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk memasuki kehidupan sebenarnya nanti. Pada akhirnya kita akan tetap masuk pada titik ‘game over’. Namun, poin yang kita kumpulkan akan menempatkan kita pada urutan-urutan skor. Apakah kita dapat menjadi pemegang poin tertinggi?

Pesan saya, jangan terlalu mencintai dunia, kawan, karena nanti kita akan berat untuk meninggalkannya. Jangan terlalu banyak berkhayal, kawan, karena kita tidak tau sampai dimana umur kita kan berada. Jangan terlalu stres, kawan, menghadapi permasalahan dunia, karena dunia hanya sebagai persinggahan untuk kehidupan selanjutnya. Jangan sia-siakan tempat dan waktu kalian berada saat ini, kawan, karena mungkin tidak akan ada hari esok. Jangan menghabiskan waktumu sendirian, kawan, karena pada saat di dalam kubur nanti kau akan sendirian. Kumpulkanlah amalan sebanyak-banyaknya, lakukanlah yang terbaik yang bisa kau lakukan sekarang, karena mungkin memang tidak ada hari esok untukmu. Jadilah sebaik-baiknya manusia sampai nanti kau akan siap mengatakan, “Sesungguhnya aku sangat menanti-nantikan pertemuan dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW di sana”.

Aku terbangun dari tidurku.
Malam ini, malam dimana akhirnya aku menemukan jawaban atas segela keresahan. Jawaban dari pertanyaan, “untuk apa aku hidup?”

Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil’aalamiin.


“Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku, dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam”

(tulisan ini dibuat saat aku terbangun dari mimpi tentang seorang sahabatku, orang yang mempunyai rencana-rencana mulia dalam hidupnya, meninggalkan dunia ini secara tiba-tiba. Semoga hanya sekedar mimpi..)



2 comments:
gravatar
iraa said...
March 11, 2010 at 8:42 AM  

yaaampun cum. aku jadi sereeem...
*makasi yaa post nya, mengingatkan kita semuaa*

gravatar
Anonymous said...
November 7, 2010 at 9:59 PM  

cum, tadi lagi baca2 blog orang, nemu blog kamu,,

numpang komen ya, hehe...
"bagus2", tetep produktif boz meski sebuk beudh:p

klo sempet mampir yak, masih baru nih di dunia per-blog-an

Post a Comment