feedburner

Teruslah bergerak, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu,
Teruslah berlari, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu,
Teruslah berjalan hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu

Jepang di Mataku: Sumber Inspirasi (Part 2)


Satu sifat mereka yang bisa menjadi inspirasi adalah etos kerja mereka yang tinggi. Bisa digambarkan dari cara berjalan mereka yang serba cepat, seperti ingin bersaing dengan waktu. Bagi mereka, menyelesaikan pekerjaan adalah hal yang dapat memuaskan hati mereka. Saking mereka sangat mencintai pekerjaan, menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, hubungan pribadi, aktivitas lain, dan bahkan untuk diri sendiri adalah hal yang sulit. Itulah tidak sehatnya orang Jepang. Banyak fenomena karoshi (mati karena kelebihan kerja) yang menimpa orang Jepang. Biasanya dikarenakan waktu kerja yang lama tidak diseimbangi dengan istirahat, makan, dan olahraga yang cukup. Yang paling ditakutkan adalah pada saat mereka sudah mencapai level workaholic. Workaholic merupakan bentuk lain dari kecanduan. Dan pada saat mereka sudah sampai tahap kecanduan, hal itu tidak sehat.
Sifat orang Jepang yang introvert dan workaholic tadi harus diwaspadai. Karena kedua hal tersebut dapat membuat stress dan tidak sedikit dari mereka yang akan melakukan tindakan nekat, bunuh diri.

Jika ditanya, apalagi yang Saya suka dari Jepang, Saya akan menjawab kebudayaannya. Mungkin hal ini merupakan salah satu ciri khas yang menarik dari negara-negara di Asia. Kebudayaan di tiap Negara di Asia sangat beragam, bisa mencapai lebih dari 50 macam. Tidak terkecuali di Jepang. Dari agama, festival, hari raya, masakan, seni dan suku bangsa di Jepang. Indonesia pun tidak mau melewatkan kesempatan merasakan budaya-budaya dari Jepang. Maka dari itu, di Jakarta, ibu kota Indonesia, dan beberapa kota besar lainnya sering diadakan pameran tentang perayaan-perayaan di Jepang, meskipun tidak sebanyak dan seheboh aslinya. Hari raya di Jepangpun juga sangat banyak, dari yang menyadur barat yaitu hari Valentine sampai hari ulang tahun Kaisar. Kira-kira ada lebih dari 17 hari raya di Jepang. Sayangnya orang Jepang mengkategorikan agama sebagai kebudayaan. Jadi susah untuk menggolongkan orang Jepang berdasarkan agamanya karena biasanya mereka mengikuti setiap perayaan keagamaan yang ada.

Makanan Jepang adalah makanan daerah yang, tidak sedikit diantara jenisnya, dimakan dalam keadaan mentah. Makanan Jepang cukup diminati di Indonesia, hal itu terbukti dari menjamurnya rumah makan Jepang di Jakarta. Tapi, makanan Jepang bukan makanan yang bisa cepat diadaptasi. Beberapa orang konsumen makanan Jepang pertama kali mengalami diare karena ketidakcocokan dengan perut mereka. Ciri khas juga dari masakan Jepang adalah sambalnya yang bernama wasabi. Rasa sambalnya tidak seperti sambal-sambal yang kita rasakan di Indonesia. Rasa pedasnya Wasabi sangat menyengat sampai ke hidung.
Hanya saja, karena sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim, mereka akan sangat kesulitan mencari restoran yang berlabelkan halal di Jepang sana. Jadi, untuk kami orang Indonesia, harus hati-hati dalam pilih makanan. Makanan mentah jika pengolahannya tidak baik juga akan mengakibatkan penyakit.

Saya berencana melanjutkan kuliah di Jepang. Jepang dengan University of Tokyonya menempati urutan pertama Universitas top se-Asia pada tahun 2009 dan menjadi peringkat ke 24 dunia berdasarkan Webometrics Ranking of World Universities Top500 July 2009. Hal itu membuktikan bahwa Jepang, selain dalam hal ekonomi dan teknologi, juga maju dalam bidang pendidikannya. Tidak sedikit pula program kerjasama dalam bidang pendidikan yang dilakukan Indonesia dan Jepang. Melalui JASSO (Japan Student Services Organization) sebagai penghubung antar Negara, mereka juga melayani pendaftaran beasiswa. Dari program Monbukagakusho sampai beasiswa Depnaker (kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja Indonesia). Siapapun memiliki kesempatan belajar ke Jepang. Di Indonesia pun juga sering ada pameran pendidikan Jepang untuk memberikan informasi bagi masyarakat tentang pendidikan di sana.
Subjek pelajaran Sastra Jepang untuk pendidikan sarjana juga sudah banyak dibuka di berbagai Universitas di Indonesia. Hal itu berarti pelajaran bahasa Jepang sendiri cukup dinikmati oleh mahasiswa Indonesia.
Hal yang paling dekat tentang Jepang dengan masyarakat Indonesia adalah hiburannya. Dari film, musik, anime, sampai manga. Film Jepang banyak dinikmati oleh orang Indonesia, dan mereka bersepakat bahwa film Jepang sangat inspiratif. Ide ceritanya sendiri sangat unik. Suatu hal yang ringan tapi dapat terpikirkan oleh sineas-sineas Jepang. Tidak seperti sinetron Indonesia yang berlama-lama, sinetron Jepang sangat to the poin dan tidak bertele-tele.
Musik Jepang juga sudah merasuki kaum muda Indonesia. Saya percaya bahwa tidak semua dari pendengar musik Jepang mengerti lirik dari lagu. Namun, musik Jepang merupakan jenis musik yang easy-listening. Bahkan banyak juga yang membuat fans club untuk idola kesayangan mereka.
Anime dan manga dari Jepang telah mencetak otaku-otaku di Indonesia. Komik-komik yang beredar di pasaran telah menjadi candu untuk masyarakat Indonesia, bukan hanya anak kecil, namun juga orang dewasa.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Jepang dan Amerika adalah negara yang memiliki teknologi terkini. Namun berbeda dengan Amerika yang mengembangkan teknologinya di bidang militer, Jepang, setelah dijatuhi bom terdahsyat sepanjang hayat, memutuskan untuk “putus hubungan” dengan dunia militer. Mereka memfokuskan kemajuan teknologi mereka pada hal-hal yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Teknologi di Jepang sangat canggih. Kecanggihan tersebut membuat hidup jadi lebih praktis. Masyarakat Jepang tidak perlu disibukan lagi dengan urusan-urusan kecil seperti parkir, membeli makan dan minum, naik kereta., dan sebagainya. Robot-robot Jepangpun makin menyerbu Amerika. Kapan ya Indonesia bisa menciptakan robot untuk bersih-bersih rumah?
Itulah pandangan-pandangan Saya tentang Jepang. Teman-teman Saya pun juga mempunyai pandangan tentang Jepang. Berikut adalah kutipan pendapat teman-teman Saya tentang Jepang:

“my second home country, a place where i learned life”
-moi- (pernah merasakan 1 tahun tinggal di Jepang)

“Jepang itu..... negeri yang dipenuhi orang-orang yang pekerja keras, kagum sama orang-orangnya. Ada ciri khasnya yang cukup bertentangan dengan Indonesia terutama masalah kebiasaan, etos kerjanya, dan gaya hidupnya. Saya lebih melihat Jepang yang dibangun oleh rakyatnya” -adit-

“Ada evolusinya. Pertama, Jepang itu penjajah. Kemudian, Jepang itu ternyata punya suatu ciri khas yg jarang orang dari bangsa lain bisa ikutin: ketekunan. Apapun yg mereka bikin selalu sepenuh hati. Baik yg baik maupun buruk. Semuanya sepenuh hati. Dan, yang pasti, Jepang itu dikaruniai Tuhan sama orang-orang yang reliabel banget. Otak mereka pintar-pintar dan cerdas-cerdas, dan ini berlangsung baik dalam kebaikan maupun keburukan.. hahaha.”-ira-

“bersih, praktis, tertib” -stun- (Pelajar Indonesia yang berkuliah di Jepang)

Jadi kesimpulannya, Jepang adalah Negara yang sangat Saya sukai. Meskipun Saya belum pernah ke Jepang, namun sejarahnya, kebudayaannya, filmnya, teknologinya, dan rasa nasionalisme yang tinggi memberikan inspirasi bagi Saya untuk memajukan Republik Indonesia tercinta ini.

Oleh: Putri Zulmiyusrini


Jepang di Mataku: Sumber Inspirasi (Part 1)



Jepang pemimpin Asia.
Jepang pelindung Asia.
Jepang cahaya Asia.
-propaganda 3A-

Jepang merupakan harapan baru bagi rakyat Indonesia saat pertama kalinya mereka menginjakan kakinya di Pulau Jawa. Tentara Belanda pun yang telah menjajah selama 350 tahun menyerah di tangan Jepang. Dan penjajahan Jepang terhadap Indonesia selama 3,5 tahun telah menghapuskan memori akan kekejaman Belanda selama 350 tahun. Namun, hal itu bukan karena kenangan manis yang dibawa oleh Jepang, melainkan kenangan yang lebih pahit, yang bisa menutupi kenangan buruk sebelumnya. Munculah penjajahan baru yang dilakukan oleh bangsa Asia terhadap bangsa Asia lainnya. Slogan 3A alih-alih berubah menjadi Jepang penjajah Asia. Kehadiran Jepang di Indonesia menambah catatan panjang sejarah hitam masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Namun, Tuhan ternyata Maha Adil, ia memberikan balasan yang setimpal untuk Jepang dengan dibomnya 2 kota paling penting di Jepang pada saat itu, Hiroshima dan Nagasaki. Jepang menyerah tanpa syarat kepada tentara sekutu.

Sekarang Jepang telah bangkit dari keterpurukannya, membuka lembaran baru kehidupan, bahkan membuka hubungan kerjasama dengan Indonesia. Jepang menjadi negara pemberi bantuan terbesar di Indonesia dibandingkan dengan bantuan pemerintah dan LSM asing lainnya dengan persentase sebesar 47,06%. Jika dijumlahkan, sampai saat ini nilai realisasi ODA ( Official Development Assistance) atau Bantuan Pembangunan Pemerintah Jepang telah mencapai 29.597,35 US juta dolar. Melihat barang-barang dari negeri Sakura tersebar dimana-mana bukan lagi menjadi hal yang aneh. Tidak ada rasa takut ataupun trauma atas peristiwa masa lalu. Bahkan hal itu sudah menjadi sebuah kebutuhan. Masyarakat Indonesia tidak akan bisa bertahan jika tidak ada impor dari Jepang. Begitu juga Jepang, meskipun ia sudah maju berpuluh-puluh kali lipat dibandingkan Indonesia, tidak akan bisa bertahan tanpa adanya konsumen di Indonesia. Saya percaya, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang terbanyak devisa Negara Jepang. Sekarang kerjasama Indonesia dan Jepang sudah berusia 50 tahun. Dan Jepang mulai merealisasikan slogan 3A-nya sedikit demi sedikit.

Delapan Maret 1942 Jepang mendarat di Kalimantan untuk menguasai sumber minyak mentah Dan keesokan harinya Belanda menyerah pda Jepang di Kalijati. Saat menguasai Indonesia, Jepang membagi dua wilayah Indonesia berdasarkan pusat komando, dimana Pulau Jawa dan Sumatera di bawah komando angkatan darat, berpusat di Jakarta, sedangkan pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah komando Angkatan Laut yang berpusat di Ujung Pandang. Jepang datang dengan membawa propaganda-propaganda. Selain propaganda tentang gerakan 3A, ada lagi propaganda yang berbunyi Jepang saudara tua Indonesia dan Jepang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari Penjajahan.

Karena pemeritahan Jepang bersifat militeristis, wajah asli Jepang perlahan-lahan mulai tersingkap. Kebaikan demi kebaikan berubah menjadi ancaman. Penjajahan sesama bangsa Asia pun dimulai. Jepang pada masa itu merasa sebagai negara di Asia yang memiliki kekuatan yang besar untuk menguasai sebuah negara. Jepang membentuk organisasi semi militer dan militer penuh di Indonesia. Jepang mulai menggerogoti material bahkan mental dan moral bangsa Indonesia.
Militer Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia:
1. Kerja paksa
Banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga mereka dan dikirim ke Burma untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan banyak pekerjaan berat lainnya.

2. Perampasan harta benda
Tentara Jepang dengan paksa mengambil makanan, pakaian, dan pasokan lainnya dari keluarga-keuarga Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi. Semua hasil perkebunan, pertanian, dan peternakan wajib disetorkan. Dan itu semata-mata dilakukan untuk kepentingan Negara Jepang sendiri.

3. Perkosaan dan perbudakan perempuan
Banyak wanita Indonesia yang dijadikan pemuas nafsu atau fujingkau bagi para tentara-tentara Jepang. Hal itu benar-benar sangat merugikan bangsa Indonesia, termasuk perempuan Indonesia yang harga dirinya telah terenggut. Bahkan sampai saat ini pun mereka belum bisa melupakan kejadian demi kejadian yang telah mereka lewati dulu.

Tuhan Maha Adil. Itulah yang dapat Saya katakan. Tuhan memberikan balasan kepada Jepang melalui tangan bangsa lain. Enam dan Sembilan agustus 1945 menjadi hari yang akan terus diingat oleh masyarakat Jepang. Hiroshima dan Nagasaki yang pada saat itu merupakan kota paling penting di Jepang, dibom oleh tentara sekutu. Hiroshima diledakan pada pukul 08.16 dan dalam waktu singkat 80.000-140.000 orang tewas dan 100.000 luka-luka. Nagasaki diledakan 3 hari kemudian pada pukul 11.02 dan menewaskan 74.000 orang dan 75.000 luka-luka. Sekutu pada waktu itu tidak mengenal kata ampun terhadap Jepang. Jepang menanggung perbuatannya sendiri. Namun sangat disayangkan. Rakyat sipil yang tidak tahu apa-apa pun menjadi sasaran kekejaman perang. Semua orang harus menanggung akibat dari perbuatan segelitir orang. Saat itu merupakan titik nadir Jepang. Namun ternyata mental dari sebuah bangsa bernama Jepang harus kita akui. Hanya dalam waktu yang tidak begitu lama, mereka bangkit kembali. Bahkan sekarang mereka kembali menjadi Negara Asia yang memiliki super power.

Pada tahun 1958, Jepang mulai membangun hubungan kerjasama bilateral dengan Indonesia. Jepang kembali dengan 3A nya, yang kali ini benar-benar menjadi mitra kerja yang baik untuk Indonesia dan semoga akan terus seperti itu. Namun sejarah sebuah bangsa harus bisa menjadi sebuah pelajaran untuk bangsa lainnya.
Sampai sekarang hubungan bilateral Jepang dan Indonesia terus berlangsung bahkan sudah mencapai usianya yang ke 51. Sudah setengah abad kita membina hubungan. Hubungan diplomatik ini dibuka pada bulan April 1958 dengan penandatangan Perjanjian Perdamaian antara Jepang dan Republik Indonesia. Pada tahun yang sama ditandai pula perjanjian pampasan perang. Sebagai bukti hubngan yang sudah membaik, pada Desember 2004, warga Negara Indonesia yang tinggal di Jepang berjumlah 23.890. Sedangkan pada Oktober 2006, warga Negara Jepang yang tinggal di Indonesia mencapai 11.090 orang.
Bantuan ODA Jepang di Indonesia dimulai dari tahun 1954, dalam bentuk penerimaan trainee untuk mendapatkan pelatihan di bidang industri, komunikasi transportasi, pertanian dan kesehatan. Bantuan ODA Jepang telah memberikan kontribusi besar di bidang pengembangan pembangunan infrastruktur sosial ekonomi. Misalnya, pada saat krisis ekonomi melanda Asia sejak Agustus 1997, Jepang membantu Indonesia yang sedang berusaha keluar dari krisis dalam bentuk pinjaman khusus, perpanjangan kewajiban pembayaran, dukungan strategi pemerintah, dan lain-lain. Begitu pula ketika gempa besar dan tsunami dari lautan Hindia melanda pulau Sumatra pada Desember 2004, Jepang menyediakan dana rekonstruksi dan rehabilitasi untuk korban bencana sebesar 640 juta US Dollar. Berbagai sektor yang menjadi sasaran bantuan dari ODA, antara lain sektor energi, transportasi, pertanian, perkebunan dan perikanan, kesehatan dan kebersihan, informasi dan komunikasi, dan sektor penanggulangan bencana. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah Jepang dalam bentuk 3 hal, pinjaman yen, bantuan dana hibah, dan kerjasama teknik.
Pada perayaan peringatan kemitraan setengah Abad Jepang dan Indonesia, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono ingin memperingati perayaan 50 tahun hubungan Indonesia Jepang dengan memfokuskan perhatian pada 3 hal, budaya, pendidikan, dan pertemanan antara para pemuda di kedua Negara. “Hubungan yang lebih dekat antara pemuda dari kedua Negara sangat penting sehingga mereka dapat mewarisi dan melanjutkan hal-hal baik yang sudah terbina antara Indonesia dan Jepang.” Jelas Dinopati Jalal selaku juru bicara kepresidenan.

Perekonomian di Jepang sangat pesat, bahkan pada tahun 1960 an hingga 1980-an sering disebut “keajaiban ekonomi Jepang”, yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5% pada tahun 1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an. Jepang adalah Negara yang melangkah sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya. Bahkan perkembangannya sudah bisa disandingkan dengan Amerika Serikat. Jepang merupakan negara dengan perekonomian terbesar nomor 2 setelah amerika serikat, dengan PDB nominal sekitar AS$4,5 triliun, dan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Hal itulah yang mungkin membuat rakyat Indonesia sepakat bahwa Jepang memiliki high cost living rate. Semua orang menderita dari tingginya biaya hidup di Jepang. Apalagi masyarakat Indonesia yang disana tidak bekerja. Namun sepertinya bukan hanya warga asing yang merasakan tingginya biaya hidup di Jepang. Masyarakat Jepang sendiripun merasakan kesulitannya.

Untuk menjalani kehidupan sosial di Jepang, diperlukan waktu adaptasi yang tidak sebentar. Pernah ada suatu pernyataan dari orang Indonesia yang tinggal disana menyatakan ”Hal yang paling berat untukku bukan tentang tidak mempunyai teman bicara. Orang Jepang sangat segan untuk mengekspresikan perasaan mereka, sedangkan orang Indonesia tidak begitu. Saya hampir frustasi karena Saya harus berlaku seperti orang Jepang dan Saya tidak mempunyai tempat untuk melepaskan perasaanku”.
Pernyataan di atas membuat Saya berpikir bahwa orang Jepang adalah orang yang sangat tertutup. Saya pernah mendengar cerita seorang teman yang pernah tinggal sementara di Jepang. Ia pernah bertanya pada temannya “pernahkah kalian saling share perasaan kalian, apa yang kalian rasakan?” dan teman Jepangnya menjawab “seperti apa itu?”. Hal itu pula yang akan membuat mereka dengan mudah terkena stress. Mereka menyimpan perasaannya dalam hati, dan saat perasaan tersebut sudah hampir meledak, mereka mencoba mencari cara untuk melupakan rasa stress mereka, salah satunya adalah dengan mabuk. Sikap mereka yang seperti itu akan membuat orang asing tidak mengerti dengan apa yang mereka rasakan. Mereka akan berusaha utnuk menutup-nutupi apa yang mereka rasakan dan berpura-pura seperti tidak ada apa-apa.

Hal itu akan menjadi kesulitan bagi orang asing yang ingin membina hubungan secara mendalam dengan orang Jepang, apalagi untuk orang Barat yang cenderung ‘ceplas-ceplos”. Namun, dibalik kediaman mereka, mereka adalah orang yang sangat baik. Teman saya, orang Indonesia lainnya pernah bercerita “Saat Saya ke Jepang, Saya paling suka dengan orang - orangnya. Mereka sangat baik, rela berkorban, humble dan tidak sombong. Mereka kurang ekspresif, mereka lebih nunjukin rasa sayangnya dengan perbuatan daripada kata-kata. Tapi mungkin kitanya juga harus berusaha. Banyak hal yang berarti”. Meskipun tidak sedikit dari orang-orang Jepang yang sudah terkena budaya Barat, mereka masih menjaga nilai-nilai ke-Asia-an mereka. Masih menjunjung adat Timur, terutama budaya ramah, salam, dan sopannya. Rasa nasionalisme mereka yang tinggi juga sangat menginspirasi. Hal itu patut dijadikan contoh oleh masyarakat bangsa lain.

berlanjut ke part 2...


Terlalu banyak


Terlalu banyak yang harus dipikirkan…lalu untuk apa aku memikirkannya?!
Terlalu banyak yang menyayangiku…lalu apakah aku masih membutuhkannya untuk menyayangiku?!
Terlalu banyak mimpi yang ingin kuraih..lalu untuk apa lagi aku memimpikannya di masa depan?!
Terlalu banyak yang membutuhkanku..lalu kenapa masih harus memikirkan apakah dia peduli padaku?!
Terlalu banyak orang-orang hebat di sekitarku..dan sepertinya ia tenggelam diantara mereka..
Terlalu banyak yang harus kuselesaikan..dan sepertinya aku juga harus menyelesaikan perasaanku terhadapnya..


Tulisan ini ditulis saat aku memutuskan untuk berhenti dan menyerah tentangnya… dan disaat yang sama aku menyadari bahwa banyak orang di sekitarku yang sangat berharga…

Betapa beruntungnya aku..

Betapa beruntungnya aku..

Pada saat aku akan mulai melakukan sesuatu atau memohon sesuatu, aku bisa berulang kali mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”.

Pada saat aku bertemu dengan orang lain, aku bisa mengucapkan “Assalamu’alaikum!”

Pada saat aku mendapatkan apa yang ku inginkan, aku bisa mengucapkan “Alhamdulillah..”

Pada saat aku kaget atau mendapatkan musibah, aku bisa berkata “Astagfirullah!!”

Pada saat aku melihat pemandangan yang indah, aku bisa berkata “Subhanallah..” atau “Allahu Akbar!”

Mungkin kata-kata itu sering menjadi sebuah reflek dalam kehidupan sehari-hari. Namun, setelah kurenungkan, tidak bisa dibayangkan jika kata-kata itu tidak ada. Dengan kata apa aku harus menggantinya?

Itulah indahnya ISLAM…




Mianhada, Saranghanda

This is hurt. See you dying.

This is hurt. Think that I cannot do anything for you.
This is hurt. When I feel like I’ll lost you forever.
This is hurt. Spend time together, make a memory of us.
This is hurt. Recognize that my feeling is bigger and bigger every time I’m with you.
This is hurt. Pretend to be strong in front of you.
This is hurt. See you smile.
This is hurt. See you cry.
This is hurt. See you so much in pain.
This is hurt. When you ask me to leave.
This is hurt. When I open my eyes and you’re not there.
This is hurt. When you say “I’m sorry…I love you…

(this feeling appears when I watch it..but it’s true..I’m Sorry… I Love You…)

-Mianhada, Saranghada-



Transformer..oh..Transformer..


Gw pengen berbagi pengalaman tentang apa yang gw alami pada saat nonton film Transformer 2 di 21 Jatinangor Town Square.

Jadi, waktu itu gw baru selesai menjalankan ujian-ujian memuakkan selama sebulan..Hal yang paling pengen gw lakukan selesai ujian adalah bersenang-senaang. Salah satunya adalah nonton film di bioskop. Rencananya, gw akan menonton semua film-film yang tertunda gw tonton. Salah satunya adalah Transformer 2 ini.

Rabu, 24 Juni 2009.
Hal pertama yang bikin gw kagum adalah Transformer 2 ada di jatos (Jatinangor Town Square-red) pada hari pemutaran pertamanya di Indonesia. Bayangkaaan!! Sebuah bioskop sekaliber Jatos menayangkan Transformer tanpa harus nunggu berminggu-minggu dari waktu aslinya. Gw pikir Jatos cuma update nayangin film-film syuur yang berkedok hantu doank..Okeey..sebenernya waktu itu gw gak sengaja menemukan keajaiban itu. Hari itu gw ke bioskop niatnya untuk nonton KCB (Bassssiiii banget!). Eh, ternyata gw nemuin Transformer 2 udah diputer di jatos dan udah banyak yang ngantrii. Tapi, yang namanya niat harus tetap dijalankan. Dengan istiqamah, gw tetep nonton KCB. Gw penasaran separah apa sih tu film. Abisnya orang-orang nyeritainnya lebay banget. Ya udah, akhirnya gw gak nonton Transformer hari itu. Sempet ada rencana, abis nonton KCB langsung mau beli tiket untuk nonton transformer, tapi.temen-temen ga ada yang mau nemenin. Ya udahlah, maybe next time. Lagipula hari itu juga masih pemutaran pertama. Pasti masih akan tetap diputar dalam beberapa hari ke depan.

Malam harinya, gw kepikiran..Sempet gw bujuk beberapa temen, ngajakin mereka nonton Transformer. Tapi yang namanya anak FK, ada aja orang-orang yang freak belajar buat nyiapin remedial ujian praktek. Okee, gw juga her, tapi..ya udahlah..Transformer tidak bisa menunggu.

Kamis, 25 Juni 2009.
Semaleman gw berpikir keras, “kira-kira sempet gak ya gw nonton transformer? Apa seharusnya gw belajar buat nyiapin remedial buat besok? Ahhh, maleees! Tapi gw juga belum dapet temen buat nonton. Apa gw nonton di Jakarta aja? Tapi, kalau gw nonton di Jakarta, gw mo nonton ma siapa? Temen-temen baik gw paling hari ini udah nonton di Bandung, adek gw gak mungkin diajakin nonton. Paling dia mau nonton sama pacar atau temennya yang lain. Nyokap bokap?! hahaha, seumur-umur gw baru sekali nonton bioskop ma mereka, nonton Laskar Pelangi. Itu masih bisa ditolerir.. tapi Transformer? Pliis lah, masa ditontonin ke orang usia setengah baya?? Lagipula, kalau gw nonton di Jakarta, harga-harga bioskop di Jakarta paling 15 rebuan. Terus kalo gw nonton pas weekend, harganya bisa jadi 25ribu. Sayang uang. Kalau nonton di jatos cuma 10 rebu, kalau weekend jadi 15 rebu. Lagipula weekend ini gw juga udah bakal pulang ke Jakarta.
Hmm..apa yang harus gw lakukan??”
“Ya udahlah, kalau gw nonton di Jakarta, gw juga belum tentu dapet temen nonton. Dapet harganya lebih mahal lagi. Mendingan gw nonton hari ini, sekarang juga.”

Gw memastikan orang-orang lagi, ada gak ya yang mau gw ajakin nonton. Sekalinya ada yang ngejawab..”nggak deh cum”, FINE! Gw males nyari orang lagi buat di-emisin ngajak nonton, gw jalan..sendiri!
Tanpa pikir panjang, gw langsung caw! Gw ngejer tontonan jam pertama (jam 12an kalo gak salah) supaya pulangnya gw bisa langsung belajar remedial.
Sesampainya di Jatos, langsung gw menuju antrian.

“Transformer yang jam pertama masih ada mbak?” (“bismillah, bismillah..semoga masih ada!!”dalam hati)
Klik..klik.. ”masih ada mbak” (“yes!”)
“buat berapa orang mbak?”
(“Bujuuut, udah penuh yak! Tinggal baris-baris depan..ya udahlah..”
Dengan sigap gw menjawab “SATU orang mbak!”

Terus, dia pilihin tempat. Eh, pas banget ada tuh ada tempat buat 1 orang, di tempat duduk ketiga dari depan dan ketiga dari pojok kanan. Gw menjadi pembatas antara sekumpulan orang dengan dua orang sisanya. Gw yakin, pasti yang 2 orang itu adalah sepasang orang pacaran dan sekumpulan di sebelah kiri gw adalah segerombolan anak sekolahan atau anak kuliahan. Ya udahlah, toh nonton juga gelap-gelap, who cares sama siapa yang ada di kanan ataupun kiri gw.

Okay, masih 15 menit lagi sebelum film dimulai. Hmm, gw harus beli cemilan nih.. Gak mungkin gw beli di bioskop, pasti harganya udah dinaikin beratus-ratus kali lipat *lebay!

Turunlah gw ke Superindo, lumayan bisa ngirit. Gw beli roti, potato, dan NU green tea.
Masukin tas secepatnya biar gak kena razia di bioskop.
Yak, gw siap tempur!

Sekembalinya gw ke bioskop ternyata suara mbak-mbak mulai terdengar bergemuruh di lobby.. “Pintu teater 3 telah dibuka, bagi penonton yang telah memiliki karcis dipersilahkan memasuki ruangan!”
Ciaaat, gw menuju pintu teater 3 dan segera menunjukan tiket. Masuklah gw. Suasananya masih terang. Baru ada sedikit orang di ruangan. Gw liat baris gw..hmm ternyata baru ada 2 orang di pojok kiri. Oke, gw bisa masuk dengan leluaasa. Tapiiii..whaaat! gw baru nyadar, ternyata imajinasi gw tentang struktur ruangan bioskop beda dengan keadaan sebenernya. Kayaknya gw salah menggunakan skala perhitungan geografis! Tiga tempat duduk dari kanan tuh sama aja nonton bagian kanan layar..doank! Keliatan gak ya?!
Ya udahlah, mau apa dikata, masa gw mau ngerebut tempat orang..

Gw duduk dan gak lama kemudian, prediksi pertama gw tepat. Sepasang laki-laki dan wanita berjalan melewati gw, menempati tempat duduk di sebelah kanan.

Haa, sekarang gw penasaran dimanakah segerombolan anak-anak kuliahan yang akan duduk di sebelah kiri gw?

Gak lama, ciaaat, mereka datang!!...Tapi…loh…loh..??!
Ternyata, bukan genggongan anak SMA ataupun kuliahan..tapiii..tapii..Seorang laki-laki..atau lebih tepatnya disebut seorang bapak, dengan 3 anak balita cowok kecil-kecil!! Ampuun..saking kecilnya tuh anak, muat 1 kursi berdua!
Tuh bapak ada-ada aja ya, masa’ ngajakin anak kecil nontonin Transformer? Terus..terus..Ibunya mana??

Bapak itu sibuk ngatur tempat duduk buat anaknya. Sampai akhirnya lampunya digelapin. Ya udahlah, perhatian gw mulai teralih dari bapak dan anak-anaknya itu, membenarkan posisi, dan siap untuk nonton.

Tiba-tiba.

“Bu..bu..”
Gw reflek nengok..(secara gw udah sering dipanggil pake sebutan ibu..)
Ternyata, bapak-bapak itu yang manggil gw..
“iya..?”
“Bu, titip bentar ya bu, saya mau ke kamar mandi dulu” bapak itu sambil ngegendong anak yang paling kecil.

“oh, iya pak..” reflek lagi.

Terus..gw melihat sisi yang bapak itu tunjukan, melihat ‘barang’ yang tadi dititipkan ke gw. Tuyul-tuyul kecil duduk manis di sebelah gw. Karena yang 1 dibawa sama bapaknya, berarti di kursi cuma akan tersisa 2 anak..otak gw mulai menghitung..”
Yap, pas..2 orang!
Hmm..terus, apa yang harus gw lakukan dengan anak-anak ini?? Karena kata menitipkan serasa jadi beban buat gw..ya udah, sok-sok-an lah gw pdkt ma anak yang duduknya paling deket ma gw.

“adeeek..namanya siapa deeek??” dengan gaya sok manis
“Adaam..” jawab adeknya malu-malu..
“umurnya berapa??” (Bujuut dah..standard banget pertanyaan gw..ngerti kagak yaa tu anak?)

Teruss..dia cuma geleng-geleng..entah malu ditanyain ma cewek cantik kayak gw..hweeks! atau malah takuuut..?!

Udah ah, gw takut nih anak malah nangis, gw diemin aja..yang penting gw cuma harus memastikan bahwa jumlah mereka akan hanya ada dua, gak kurang dan gak lebih.

Gw laper. Padahal filmnya belum mulai. Gw keluarin roti yang udah siap di tas gw. Tapi bapaknya anak-anak belum balik..hmm, tawarin gak yaaa? Kalau mau sok baik sih..tawarin aja kali ya..toh udah biasa basa-basi di indoneisa. Tapi, nih anak masih kecil..mau di-basa-basi-in kayak gimana juga kayaknya mereka kagak bakal ngerti.
Dari pada pas gw tawarin terus gw ditolak ma tu anak, gw putuskan untuk melahap roti itu sendiriaann..hahaha..semoga tu anak gak sakit hati yaa..dan akhirnya, gak lama kemudian bapaknya datang..”Alhamdulillah..” dalam hati gw..dan gw merasa, akhirnya, beban gw lepas..

Yak, film dimulai!
Untung aja filmnya kocak. Jadi gw sedikit lupa kalo gw gak punya temen disitu..saking lupanya gw, ketawa gw juga heboh beuuut! Sampe-sampe gw malu sendiri!
Terus, ternyata ya..ada adegan syuuuurnya (yaa, adegan syuur standard sih..)..TAPI, ada yang gw khawatirin. Dengan takut-takut gw liat ke sebelah kiri gw..hmm, apa yang ada dipikiran anak balita di sebelah gw yaa?? Tapi gw gak notice banget sih, soalnya gw juga gak mau ketinggalan satu adegan sedikitpun dari sebuah film..sayang uang booo..gw cuma intip-intip dikit. Untuk adegan ‘dewasa’ di bagian-bagian awal, bapaknya masih nutupin matanya si anak..fiuuh..baguslah. Lagian, itu emang tanggung jawab si bapak. Siapa suruh dia ngajakin anaknya nonton film transformer!

Kesana-kesananya gw gak begitu merhatiin apa yang terjadi sama mereka. Gw terlalu terpukau sama tuh film. Trus di akhir-akhir bagian gw mulai ngintip-ngintip lagi ke bagian kiri gw. Tau apa yang terjadi? Prediksi dan harapan gw jadi kenyataan. Tu anak-anak ingusan pada tidur…fiiuuuh..akhirnya..jadi dengan begitu paling gak mereka tidak berlarut-larut tercemar dalam kotornya kehidupan orang dewasa. Mereka belum saatnya ternodai dengan melihat hal-hal yang belum sepantasnya. Mereka masih kecil, jiwa mereka masih suci. Lagian, yang harusnya paling disalahkan adalah BAPAKNYA!!

Pokoknya kalau ntar gw punya anak, gw gak bakal ngajakin anak gw nonton film yang gak sesuai umurnya..Paling ntar gw ajakin nonton film Lion King 5.

Ahh..akhirnya filmnya selesai jugaa…Gw akuiiin, filmnya okkeee banget. Yaa..ternyata gak masalah sih nonton sendirian, paling bedanya gw gak bisa ngomentarin tuh film sepanjang perjalanan pulang ke kosan. Gw hanya bisa mengomentari dalam hati. Tapii..so faar, nonton sendirian oke juga lah..asal film yang ditontonnya harus keren.

Ini udah kedua kalinya gw nonton film di bioskop sendirian. Yang pertama...huuuh, gak usah dinget lagi deh..serasa udah mau nangis. Janjian ma temen gak ketemu, nonton di bioskop kampong deket SMP gw, nontonnya Chronicles of Narnia lagiih..gak lagi deeh..

Pokoknya, nonton sendirian tuh seru-seru aneh..serasa jadi orang aneh..dan itulah yang gw rasakan.


Mengapa aku memilih jalan ini? -Part 1-



Menjadi dokter adalah cita-citaku sejak kecil. Namun, ternyata sekarang aku sendiri terkadang ragu, apakah dokter benar-benar jalanku?

Kalau ditanya, “apa motivasi kamu memilih kedokteran?”, aku masih tidak yakin untuk menjawabnya. Sempat aku menjawab “cita-cita sejak kecil” tapi setelah diingat-ingat aku tidak yakin dengan jawabanku sendiri. Hal pertama yang menjadi inspirasi adalah lagu yang dinyanyikan oleh SUSAN yang berbunyi.. “Susan..susan..susan..kalau gede, mau jadi apa?” dan ia menjawab “mau jadi dokter”. Dan setelah itu, selama bertahun-tahun aku menganggap bahwa cita-citaku adalah jadi dokter, karena menjadi dokter sepertinya adalah impian semua anak di masa itu. Dan aku adalah anak biasa…Hal itu juga didorong dengan paradigma orang banyak yang menganggap bahwa dokter adalah profesi yang terpandang, mulia, disanjung-sanjung, dan memiliki prestise yang tinggi.

Semenjak masuk SMA, aku mulai menyadari bahwa aku tidak begitu ahli dengan fisika dan matematika. Kedua hal itu membutuhkan kemampuan analisis dan logika yang kuat. Aku tidak mempunyai bakat dalam hal itu. Kalau dokter sepertinya cukup hanya dengan menghapal isi buku. Itu yang kupikirkan pada awalnya.
Banyak juga teman-teman yang ingin menjadi dokter. Mungkin dikarenakan profesi-profesi lainnya yang masih kabur di bayangan kami yang pada saat itu masih kelas 2 SMA. Namun, setelah kelas 3, gambaran tentang profesi di masa depan semakin jelas buat kami. Yang tadinya semua orang akan menjawab “kedokteran” jika ditanya tentang jurusan yang akan diambil, mulai beralih pada jurusan-jurusan lain seperti teknik, akuntansi, hukum dan sebagainya. Aku pun mulian mencoba untuk mengenal diriku. Dimana bakatku yang sesungguhnya.

Aku menyadari bahwa aku sedikit berbakat dalam komunikasi, organisasi, dan bahasa Jepang. Tapi, jika begitu, apakah ini berarti aku harus memilih FIKOM, FISIP, atau bahkan Sastra Jepang? Aah, namun, jurusan-jurusan itu tidak begitu terkenal di kalangan teman-temanku.

Jiwa kompetisiku kembali muncul. Aku ingin mencari jurusan yang cukup terkenal, yang banyak peminatnya, yang kalau aku masuk disana akan sedikit memberikan kepuasan batin bahwa aku berhasil. Sempatlah jurusan Teknik Industri ITB masuk dalam daftar jurusanku. Bahkan aku sempat mengambil Ujian Saringan Mandiri (USM) ITB (Institut Teknologi Bandung) gelombang II dengan memilih pilihan pertama STEI dan kedua Teknik Industri. Kenapa aku memutuskan untuk mengambil USM ITB? Mungkin karena melihat pengalaman teman-temanku yang banyaaak sekali diterima dalam USM gelombang I. Lagipula saat itu aku belum memiliki pegangan apapun, dan kupikir tidak ada salahnya untuk mencoba. Karena lokasi ujiannya di ITB, hal itu menjadi pertama kalinya bagiku untuk mengenal Bandung lebih dekat. Kampus ITB yang sangat bagus itu memperkuat keinginanku untuk diterima disana. Pada saat menjalankan ujiannya pun aku yakin, aku bisa melewatinya dengan baik.

Hasilnya baru akan diumumkan beberapa minggu ke depan, dan kesempatan itu aku gunakan untuk mengasah kemampuanku untuk SPMB nanti. Otakku hanya dipenuhi oleh pikiran2 untuk menaikan hasil tryout, tanpa begitu memikirkan jurusan yang akan kupilih nantinya. Sampai suatu saat aku menonton sebuah film yang berjudul Jewel in The Palace, film korea tentang seseorang yang bernama Jang Geum. Ia tadinya adalah seorang tukang masak istana yang terkenal. Namun, akhirnya ia diusir dari istana karena suatu masalah dan setelah itulah ia mulai mempelajari bidang medis. Kemudian karena kegigihannya akhirnya ia menjadi seorang tabib, yang pada jamannya itu belum ada tabib wanita sebelumnya. Semua perjuangannya kuikuti secara mendalam. Apalagi filmnya berseri sampai 70 episode. Disitu aku menyadari bahwa betapa mulianya profesi dokter, betapa kerennya menjadi dokter, betapa hebatnya seorang dokter, apalagi seorang dokter wanita. Perjalanan hidupnya menyadarkanku dan memperkuat perasaanku untuk melanjutkan pendidikanku menjadi seorang dokter.

Hari pengumuman USM ITB pun tiba. Sesaat sebelum mengetahui hasil ayahku berkata “kalau diterima, diambil saja ti..” tapi mendengar pernyataan ayahku itu, tiba-tiba aku sedih. kata ‘dokter’ melintas kembali dipikiranku. Kalau aku diterima, berarti mimpiku menjadi dokter berhenti sampai disitu.

Teman seperjuanganku selama di Bandung meneleponku dan mengatakan bahwa hasil ujian sudah bisa dilihat. Ia diterima. Aku tidak tahu apa yang kurasakan, tapi yang pasti aku senang ia diterima. Untuk diriku sendiri, aku hanya ingin mengetahui hasil secepatnya. Apapun hasilnya.

Pikiranku galau. Di satu sisi aku ingin diterima, karena dengan begitu aku berarti menang. Tapi hal itu berarti bahwa aku akan dibangunkan dari mimpiku menjadi seorang dokter. Dan aku agak tidak siap mimpiku dirampas.

Karena di rumah tidak ada internet, aku memintanya untuk melihat hasilku. Pelan-pelan kueja nomor ujjianku, sampai pada akhir nomor dan dia menekan enter, jantungku berdegup sangat kencang. Dan dia menjawab “Cum, ga ada..” lalu aku hanya menjawab “oh ya?”..dan kemudian dia melanjutkan “lo salah ngasih nomor ga?” Meskipun saat itu aku sudah bisa menerima keadaan dengan hati yang agak sedikit menangis dan sedikit lega, aku tetap mengulang nomorku dan temanku menjawab “iya, bener cum nomornya..”. Di gagang telpon aku hanya bisa tersenyum dan memberi selamat pada temanku. Dan ia mencoba untuk membuatku untuk lebih tabah. Aku memastikan bahwa diriku tidak apa-apa.

Orang yang paling tidak tega ku beritahu adalah ayahku. Dan pada saat ayahku tahu, meskipun beliau terlihat “ya udah, gapapa” tapi aku bisa melihat di dalam hatinya bahwa ia sangat sedih. Mungkin karena ia sudah melihat kerja kerasku dan teman-temanku yang hampir sebagian besar diterima. Hatiku sakit. Tapi kesakitan itu terlebih karena aku melihat ayahku. Namun, ada satu keyakinan yang aku pegang..”apa mungkin ITB memang bukan takdirku? Apa Allah menggagalkanku disini karena Ia tahu ada sesuatu yang lebih besar yang menungguku?”. Aku tidak jatuh, aku terus maju, dan aku semakin yakin bahwa aku semakin dekat dengan mimpiku.

Harapanku untuk menjadi dokter hanya pada SPMB yang meskipun akhirnya aku memegang cadangan STT Telkom jurusan Teknik Industri.
Tibalah hari pemilihan jurusan. Untuk pilihan pertama aku tidak ragu menuliskan FKUI, namun aku ragu-ragu sekali dengan pilihan keduaku. Apa yang sebenarnya aku inginkan? Jaket kuning adalah mimpiku, dokter adalah cita-citaku. Apa yang harus aku pilih? Mengabaikan cita-cita dengan memilih fakultas lain di UI atau mengorbankan mimpi tentang jaket kuning dalam memilih kedokteran di luar kota? Aku merenung dan meminta pendapat dari banyak orang. Dan akhirnya sampailah pilihanku untuk memilih FK lagi di luar kota sebagai pilihan keduaku. Hal tersebut dengan melalui pertimbangan bahwa aku masih bisa mengambil spesialis di UI suatu saat nanti. Namun, FK apa? UNPAD kah atau UNDIP? Beberapa orang memberi saran tentang FK UNDIP, tapi orang tuaku cenderung memilih Bandung dengan alasan lebih dekat. Entah mengapa aku sangat hati-hati memilih pilihan kedua, seolah-olah aku yakin bahwa aku akan terlempar dalam pilihan keduaku.

SPMBpun aku jalani. Aku tidak begitu yakin dengan diriku di tes tersebut. Dan sepulangnya dari ujian, aku sudah tidak begitu memikirkan FKUI dan aku hanya berharap namaku masuk Koran. Perasaanku semakin kuat saat aku memandang kota Jakarta dari atas parkiran ITC Kuningan. Perasaan bahwa segera, aku akan meningglkan kota ini, kota kesayanganku dengan kerlap=kerlip lampu kota. BIsakah aku hidup di daerah? Bisakah aku hidup tanpa orang tua? Pertanyaan tersebut terulang-ulang dibenakku. Sampai akhirnya pengumuman SPMB tiba dan subuh-subuh aku menuju tukang Koran. Aku panik dan was-was, bahkan saking paniknya, dalam pencarian pertamaku, masih di tempat penjualan Koran dengan latar lampu mobil karena saat itu masih subuh, aku tidak bisa menemukan kodeku. Aku oanik dan ibuku menenangkanku dengan mengatakan “ti, pulang dulu aja, lihatnya di rumah aja.” Aku pulang dengan perasaan kacau, membayangkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sesampainya di rumah, aku langsung berlari ke dalam dan mencari tempat berpencahayaan paling terang dan segera, aku mencari kembali namaku. Aku lihat, sekumpulan nama teman-temanku dalam 1 deret karena seingatku kami memang ujian dalam tempat yang sama, aku menelusuri 1 persatu nama..banyak sekali orang yang diterima di kode 220142. dan sampailah aku pada kode ujianku dan jariku menelusuri ke arah kanan dan mendapatkan bahwa kodeku adalah 260143. Aku tidak peduli lagi dimana aku diterima. Satu hal yang aku yakini adalah namaku masuk koran, dan aku akan segera menjadi Mahasiswa Kedokteran FK Unpad. Padahal sebelumnya aku tidak pernah membayangkan unpad akan menjadi pelabuhan terakhirnku dalam menjalani pendidikan menjadi seorang dokter. Aku tidak pernah memasukan nama FK Unpad dalam tryout2ku. Dan disinilah aku sekarang, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Hati yang tersakiti

Seandainya aku dapat mengembalikan waktu, aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku, dimana sebuah kesalahan belum berarti ”kau harus bertanggung jawab dan kau harus mendapatkan sebuah hukuman”, dimana orang-orang masih bisa memaafkan setiap perkataan yang terucap dan perbuatan yang terlaksana.

Seharusnya, sebelum aku terjun dalam kehidupan nyata ini, aku membaca banyak buku tentang teori manusia:


  • Bagaimana manusia itu hidup?
  • Bagaimana manusia itu merasa?
  • Bagaimana manusia itu bertindak?
  • Bagaimana manusia itu berpikir?

kalau di dunia ini semua orang berbeda, berapa banyak buku tentang sifat manusia yang harus kupelajari?
Seiring berjalannya waktu aku terus mengupulkan lembar demi lembar perkamen kumpulan sifat manusia. Namun di sela-sela perjalananku kurasa aku telah menemukan cara yang mudah untuk menghafalkan dan mengerti sifat manusia yaitu dengan memegang prinsip:

” Perlakukaanllah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan”

Aku terus memegang prinsip tersebut. Namun, makin kesini sepertinya aku merasakan ada yang salah dengan hal itu. Dari tulisan-tulisanku tentang orang lain, dari kejadian-kejadian yang menimpaku, dari teguran teman-temanku..aku merasa... aku salah...
Bertubi-tubi teguran kudapatkan dari makian, cacian, ditinggal teman sampai klimaksnya adalah aku ditegur orang yang sangat kukagumi,orang yang kupikir mengenal aku.

dan hal itu semua terjadi karena prinsip yang kupegang tadi.

Sekarang aku bingung tentang apa yang harus kulakukan selanjutnya, menyadari bahwa aku tidak memiliki kompetensi untuk bergaul dengan orang lain, selalu menjadi beban bagi orang lain, selalu menyakiti perasaan orang lain.

Apakah aku harus hidup sendiri saja?

Karena dengan begitu tidak akan ada hati yang tersakiti. Namun seandainya bisa begitu.

Sekarang aku sadar aku memang pantas untuk ditinggalkan teman. Aku masih harus belajar banyak sebelum terjun ke dunia yang sebenarnya.

Mungkin aku memang masih kurang iman dan ilmu untuk memperlakukan bahkan untuk mengkritik orang lain. Semua kata yang terucap hanya menjadi sebuah paku yang tertancap di hati orang lain, seperti sebuah cerita yang pernah aku dengar tentang hati yang bagaikan kayu. Saat paku menembus kayu tsb, meskipun paku tersebut sudah dilepaskan, akan selamanya tersimpan bekas di atasnya.

Bodohnya lagi aku tidak belajar dari kesalahan.

Aku sudah pernah ditegur oleh seniorku ”mulutmu harimaumu” dan sekarang kejadian itu berulang.

Aku ingin menyampaikan sebuah statement kepada semua orang yang pernah berinteraksi denganku:

”Maafkan aku saudaraku. Maafkan atas mulut yang tak terjaga, tangan yang tak terkontrol, dan pikiran yang tak bersih ini”

Aku ingin sendiri... karena dengan begitu tidak akan ada lagi hati yang tersakiti... kecuali hatiku sendiri..

Untuk sebuah pernikahan

Untuk sebuah pernikahan,

yang penting adalah agar kau membuang segala khayalan yang kekanak-kanakan. Salah satu diantaranya adalah sisa-sisa khayalan tentang pahlawanmu di masa gadis remaja.

– surat-surat untuk Karen –


Sebuah pernikahan adalah sesuatu yang mudah dan singkat untuk diakadkan na

mun merupakan suatu yang besar untuk dijalankan.

Kali itu adalah perta

ma kalinya aku datang ke sebuah akad pernikahan seorang relasi. Relasiku merupakan seorang akhwat aktivis dakwah yang berjuang di jalan Allah. Pasangannya pun demikian. Seorang ikhwan yang selalu berusaha istiqamah di jalan dakwah. Hubungan mereka dilalui tanpa proses pacaran, proses yang bagi kebanyakan orang merupakan jalan untuk mengenal calon pasangan lebih dekat. Saat itu aku berpikir…

Betapa indahnya saat kau hanya memberikan hatimu untuk seseorang, seseorang yang akan menemanimu selamanya. Bayangkan, jika kau sudah memberikan seluruh hatimu bahkan jiwamu pada seseorang yang belum tentu menjadi pasangan hidupmu, sisa-sisa apa yang akan kau berikan untuknya nanti? Bayangkan jika kau mencintai seseorang dengan sepenuh hati namun ternyata orang itu tidak menjadi pasangan hidupmu, betapa cemburunya ia nanti. Padahal ia telah mempersiapkan seluruh hatinya hanya untukmu. Begitu manisnya saat tangan yang kau sentuh untuk pertama kalinya adalah tangan pasanganmu, di saat semuanya telah menjadi halal.


Pernikahan berarti melepaskan keegoisan diri dan menerima kekurangan dengan sepenuh hati. Tidak ada manusia yang sempurna, dan ketidaksempurnaan itulah yang membuat kalian berpasang-pasangan. Untuk mencapai sebuah kehidupan yang seimbang. Berdua, menggenapkan separuh agama. Berdua, menyelesaikan permasalahan kehidupan. Berdua, bersama berjuang di jalan dakwah untuk meraih surga Allah SWT.


Pernikahan bukan berarti kesenangan dan bukan berarti juga penderitaan. Pernikahan adalah bagaimana engkau menghargai itu. Pernikahan berarti menyatukan dua keluarga, memiliki orang tua baru dan saudara baru. Pernikahan tidak hanya akan ada diri kalian berdua. Pernikahan berarti pengorbanan, di saat engkau rela melepaskan waktu untuk pergi dengan teman-temanmu demi berkunjung ke rumah saudara pasanganmu.


Pahlawanku akan datang dan mungkin ia akan berbeda jauh dengan khayalanku di masa remaja. Namun, sebuah pernikahan adalah kehidupan nyata bukan khayalan, begitu pula dengan pahlawanku. Aku yakin, pahlawanku dalam dunia nyata akan lebih banyak mengajarkanku tentang arti kehidupan.

Sabishi wa hontou warui na!


Sendiri itu benar-benar menyedihkan.


Manusia lahir sendiri, mati juga sendiri, dan itu adalah hakikat kehidupan seorang manusia. Namun, bukankah manusia juga memiliki akal dan perasaan untuk bersosialisasi dengan orang lain? Dan bukankah manusia diperintahkan untuk berguna bagi manusia lainnya. Kalau diperhatikan, ada space diantara kelahiran dan kematian, yaitu kehidupan. Dan yang paling penting dalam hidup seorang manusia adalah bagaimana ia menjalani kehidupannya tersebut. Ada pepatah yang mangatakan bahwa “when we born, we started to die..” namun sebelum kita mati, ada sebuah kehidupan yang harus kita isi. Kita tahu, pada saat lahir dan mati nanti kau sendirian, maka relakah kau di kehidupanmu juga kau isi dengan kesendirian?!


Sebenarnya itu adalah renungan pengantar tentang kesendirian.


Hal yang ingin aku bagi disini adalah curahan perasaan dimana aku sudah tidak dapat membendungnya lagi. Mo ii yo! Sudah cukup batas kesabaranku. Rasanya aku ingin menghilang dari kehidupan mereka. Ingin memulai sebuah kehidupan baru dimana tidak ada mereka. Mengenal mereka merupakan sesuatu karunia yang diberikan oleh Allah SWT. Teman. Namun, ditinggal mereka merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Apakah teman benar-benar tidak akan pergi? Ya, teman tidak akan pergi, namun ingat, mereka juga seorang individu yang memiliki kehidupan sendiri. Banyak amanah yang masih harus mereka selesaikan. Teman tidak akan pergi jika kau tidak membuatnya pergi. Meskipun secara fisik kita jauh, mungkin kita masih ada di hatinya. Apakah teman selalu ada untuk temannya yang lain? Bahkan disaat temannya sakit? Tergantung, sebesar apakah ikatan diantara mereka.

Dulu aku selalu berpikir, baru kali ini aku merasakan pertemanan bagaikan persaudaraan antara Kaum Anshor dan Muhajirin, dimana barangku sama dengan barangmu, silahkan pakai sesuka hati. Aku merasa memiliki keluarga kedua. Tempatku berbagi cerita. Sampai terkadang aku berpikir, mampukah aku untuk marah kepada mereka?!


Namun, sekarang aku menyadari, ternyata perasaanku berlebihan. Mereka hilang begitu saja. Bahkan disaat aku sangat membutuhkan mereka. Mereka dicuri, dicuri oleh perasaan. Pada awalnya aku masih sanggup untuk menahan perasaan ini. Aku ingin katakan pada mereka bahwa aku sakit, aku butuh mereka. Atau sekedar mengatakan “Mau pergi kemana? Selamat bersenang-senang ya! ^^’ ”. Bahkan sampai pada titik thresholdnya aku mengatakan “Kenapa aku tidak diajak?”. Okay, kalian tidak mengajakku and it’s fine, aku juga tidak akan mati berada sendiri disini. Tapi paling tidak, beritahukan keberadaan kalian. Karena kalian adalah saudaraku.

Dimana aku sekarang? Aku tertinggal sendiri, disini.

Sekarang mari kita evaluasi, “Apa yang salah?”. Apa ini semua salahku yang tidak memperlakukan mereka dengan baik saat mereka ada? Apa aku dihukum karena tidak pernah bersyukur karena mempunyai sahabat? Apa karena dunia kita memang berbeda, sehingga kita jarang bertemu? Atau karena aku terlalu sibuk memikirkan urusanku dan kalian sudah jenuh untuk mengajakku? Aku rasa Allah sedang mengujiku, dan aku yakin Allah sedang mengujiku.


Sampai aku menulis ini, aku merasa bahwa kesabaran ada batasnya. Tapi, La Tahzan, atashi wa sabishi kunai kara, Innallah ma’ana (Jangan sedih, karena aku tidak sendirian, sesungguhnya Allah bersamaku)


ps: Teman, dimanapun kalian berada, meskipun kalian meninggalkanku, jangan pernah tinggalkan Allah.

Satu lagi, buat para teman-teman yang mempunyai teman, jangan pernah tinggalkan mereka ya, jangan sampai mereka lari dan mencari pelabuhan lain.

Penggarapan Film Kedua

Saat ini aku sedang menggarap film pendek keduaku untuk forsi (Festival Olah Raga dan Seni) yang diadakan oleh Unpad. Banyak yang aku rasakan saat membuat film kedua ini. Perasaan yang sedikit berbeda dari penggarapan film pertamaku dulu.

Dulu tim kami hanya berisi 3 orang. Aku bekerja di semua
bagian, tapi terutama di bagian kamera. Kami mempunyai alur cerita namun kamu tidak mempunyai skrip yang jelas. Lalu akhirnya kami melamar para pemain yang disesuaikan dengan karakter cerita. Akhirnya, kami berhasil mendapatkan pemain-pemain dalam list pertama kami.

Sekarang tim kami bertambah jadi 4 orang, dan jabatanku naik menjadi sutradara. Hmm, perbedaan yang paling signifikan dari film pertama adalah, di film pertama kami memiliki cerita, dan kami memiliki pemain. Film kam
i pun tidak membutuhkan banyak pemain, yaa, ada 1 lah yang membutuhkan bantuan orang banyak. Setting tempat yang kami butuhkan juga tidak terlalu banyak dan tidak membutuhkan spesifikasi lebih. Namun permasalahan utama yang kami hadapi adalah pemainnya sendiri. Lebih khususnya ke masalah acting mereka. Kenapa aku menyebutnya masalah, karena acting mereka yang, yaa bisa dibilang, kurang total. Inget, kurang total, yang berarti sebenernya bisa saja total, tapi karena mood pemain yang naik turun alhasil susah dikoordinasikan. Namun untuk film yang sekarang, aku bekerja sama dengan orang-orang yang sangat profesional. Kedua pemain utama kami bisa dibilang sudah lama berkecimpung di bidang ini. Yang satu merupakan sutradara handal dan yang satu lagi merupakan aktor kawakan 2006. Untuk kali ini, malah aku yang merasa sebagai pihak yang kurang professional, dari segi pengaturan jadwal shooting, pengumpulan massa, maupun pengambilan gambar.


Shooting kami dilakukan dalam waktu kurang lebih 9 hari. Setelah shooting ini selesai, editing menunggu. Untuk editing sendiri dibutuhkan kemampuan untuk berkonsentrasi dan keuletan dalam memotong2 gambar, dan hal itulah yang membuatku pegal-pegal.

Ceritanya apa sih??
Sangat berbeda dengan film pertama, mungkin, karena kali ini kami membuat film sesuai dengan tema yang diberikan panitia, olahraga dan seni untukmu kampusku. Film pertama bercerita tentang persahabatan, sedangkan film kedua ini lebih difokuskan tentang berusaha dan meraih mimpi. Kami mengambil fokus olahraga futsal. Kenapa futsal, karena tidak membutuhkan peralatan yang banyak, dan sebagai gantinya, membutuhkan orang yang culup banyak. Dan itulah masalahnya. Kami harus lebih mau berusaha untuk mengumpulkan massa.

Review
Ceritanya tentang seorang anak dari kampung yang bernama Ical, dimana ia ditemukan oleh Carlos, seorang pelatih tim futsal professional yang dalam perjalanannya ke sebuah desa, melihat Ical sedang bermain dengan teman-temannya. Ical dibawa ke tim Aizan. Namun akan selalu ada batu sandungan dalam meraih sebuah mimpi, dan hal itulah yang dialami oleh Ical. Jatuh bangun ia berusaha untuk selalu mengejar mimpinya, menghadapi latihan yang keras, teman-teman yang sangat professional, dan Carlos yang sangat dingin. Mampukah Ical meraih mimpinya menjadi seorang pemain futsal profesional?

Pemain:
Ical diperankan oleh Andhika Raspati
Carlos diperankan oleh I Wayan Andrew Handisurya

Crew:
Directed by Putri Zulmiyusrini
Script by Hesti Nurmala Rizqi
Edited by Afiyas Rayyan
Cinematography by Richard Chandra
Soundtrack by Ababil Azhari

Barack Obama-Sebuah Fenomena


Barack Obama-Sebuah Fenomena
Barack Obama memang merupakan sebuah fenomena
Namun ia tidak lepas dari “orang-orang” yang berada di belakangnya

Barack Obama, siapa yang tidak kenal beliau. Presiden Amerika ke 44 yang boleh dikatakan sebagai sebuah fenomena. Hal-hal apa saja yang menjadikan beliau sebagai fenomena:

1. Beliau merupakan orang kulit hitam pertama yang menduduki jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat
Kesan kulit hitam adalah Afrika, tapi Obama sendiri merupakan seorang keturunan Afro-Amerika yang sebenarnya kulitnya juga tidak terlalu hitam. Bagiku sendiri, hal ini menjadi bukti bahwa Amerika memang negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Demokrasi di Amerika terbukti berjalan baik dengan terpilihnya Barack Obama sebagai seorang presiden. Mereka tidak lagi menjadikan ras sebagai perbedaan untuk memperoleh derajat tertinggi dalam kependudukan. Mungkin rakyat Amerika juga sudah bosan dengan presiden berkulit putih karena mereka juga sudah mengalami banyak kekecewaan oleh presiden sebelumnya yang berkulit putih, George W. Bush, atau bahkan tanpa disadari di Amerika sendiri rakyat keturunan Afro-America sudah mengambil alih populasi.

2. Barack Obama masih bisa dikatakan muda dan tidak dipungkiri, He’s Cool!
Barack Obama merupakan salah seorang presiden yang menurutku oke. Ia muda dan memiliki hobi berolahraga. Tidak seperti presiden lainnya yang memilih jogging ataupun berkuda sebagai olahraga favorit, Barack memilih basket sebagai salah satu cara favorit untuk menjaga staminanya. Badannya juga atletis alias six pack. Bahkan pada salah satu waktu sebelum kampanyenya dimulai, beliau bertanya kepada asistennya “kita masih punya berapa waktu lagi?”, lalu sang asisten menjawab “5 menit lagi pak”, dan apa yang Obama lakukan?! Ia berolahraga dengan mengangkat tubuhnya ke tiang horizontal yang menggantung terdekat.

3. Barack Obama pernah tinggal di Indonesia
Sebenarnya hal ini meninggalkan 2 kesan di benakku. Pada saat Obama terpilih, warga Indonesia juga turut heboh. Alasannya tidak lain dan tidak bukan adalah “kan Obama pernah tinggal di Indonesia”..so what?! Bagiku waktu 4 tahun merupakan waktu yang sangat singkat untuk seorang Obama masih mengingat kehidupannya disini. Apalagi ia memang banyak merasakan asam garamnya kehidupan sebelum menjadi seorang presiden. Ia pindah dari sana sini, tempat tinggal dan sekolah. Jadi menurutku waktu 4 tahun yang pernah dihabiskannya di Indonesia hanya sebagai kenangan kecil baginya, tidak ada yang spesial karena waktu hidupnya yang lain juga dihabiskan dengan spesial. Apakah dengan 4 tahunnya hidup di Indonesia dapat mengubah hubungan bilateral kedua Negara. Aku sangsi.
Selama ini aku wondering, apakah ia masih ingat kehidupannya di Indonesia?!
Namun, hari ini (27-1-09)aku mendapatkan berita yang menyenangkan. Dalam suatu pertemuannya dengan Departemen Luar Negeri di Amerika sana, tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya dengan menggunakan bahasa Indonesia “Selamat Siang?”, lalu Obama yang sedang berbicara dengan orang lain menjawab “Apa kabar?”..”terima kasih” lalu si orang yang menyapanya yang tidak lain tidak bukan adalah diplomat AS yang sudah lama bekerja di Indonesia mengatakan “Aku sudah lama bekerja di Indonesia, aku harap kita bisa bertemu di Indonesia (in English)” lalu Obama menjawab “Pantas saja bahasa Indonesiamu lancar (in English juga, karena di sekitarnya banyak orang amerika lainnya), aku pernah tinggal di Indonesia”. Lalu sang diplomat menegaskan “kau tinggal di Menteng kan?!”. Obama membenarkan pernyataan si diplomat “kalau Menteng itu tempatnya orang-orang kaya, aku tinggal di Menteng Dalam, kalo bahasa Inggrisnya Menteng bagian below lah..(in English)” (kurang lebih translate-annya begitu lah..)hahaha.
See..ternyata Obama ternyata masih inget loh kehidupannya di Jakarta.
Mungkin hal ini juga yang membuat Obama memiliki keterikatan batin yang lebih kuat dengan warga Indonesia dan tidak dipungkiri, akupun merasakannya. (padahal, kenal aja kagak ya!) Aku merasa dekat. Semoga suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya..hehehe

4. Pelantikan Barack Obama dihadiri oleh kurang lebih 2 juta orang
Oke banget gak tuh. Saking fenomenanya beliau, sebanyak 2 juta orang rela berdesak-desakan datang ke pelantikannya. Ada apa dengan Amerika?! Apakah warga Amerika begitu depresi sehingga menantikan sosok seorang pahlawan yang bisa mereka dapatkan dari Obama. Jumlah penonton yang spektakuler tersebut tidak hanya terdapat di Washington DC saja. Berbagai siaran televise pun menyiarkan secara langsung proses pelantikan tersebut. Bahkan pada keesokan harinya, hampir seluruh siaran televise Indonesia menyiarkan berita Obama, sekalipun acara infotainment. Koran-koran pun tak luput dari penyiaran Obama. Dan bahkan untuk pertama kalinya aku membeli Koran non stop selama 3 hari setelah pelantikan hanya untuk melihat headline tentang Obama. Aku rasa, aku juga terkena demam OBAMA!

5. Keluarga Obama yang membuatku iri
Baru kali ini aku melihat seorang presiden yang sangat menghormati dan menyayangi istrinya. Maksudku adalah penampakan yang nyata. Saat aku melihat Obama dan istrinya, aku merasa mereka adalah pasangan yang cool. Istrinya oke. Dari segi penampilan dan intelektualitas membuat ia terasa berbeda dari istri-istri presiden lainnya, sebut saja istri dari SBY. Bahkan Obama pun menyatakan bahwa “jika saya harus melawan istriku di pemilu nanti, saya pasti kalah”. Istrinya adalah mantan mentornya dahulu sewaktu di jurusan hukum oxford. Michelle Obama merupakan seorang pengacara. Keren kan?! Dan yang lebih keren lagi, physically ia merupakan warga kulit hitam dan tidak begitu cantik, namun Obama masih memilihnya untuk dijadikan pendamping hidup. Berarti betapa spesialnya ia. Obama dan Michelle tidak malu untuk memperlihatkan kemesraan mereka di depan umum. Namun mereka menunjukan dengan cara yang elegan. Begitu juga dengan kedua putrinya, Malia dan Sasha. Menurutku yang keren dari mereka adalah mereka anak dari Barack dan Michelle Obama, dan sepertinya kedua pasangan itu sangat menyayangi kedua putrinya.

6. Barack Obama keturunan Islam
Barack Obama sempat diisukan merupakan seorang muslim. Hal itu mungkin tercermin dari nama lengkapnya dimana nama tersebut merupakan nama ayahnya yang memang merupakan seorang muslim, Barack Hussein Obama. Dan hal itu membuat heboh masyarakat. Aku bingung, kenapa mesti heboh, biasa aja kali! Namun akhirnya isu tersebut pecah juga dan Obama memang bukan seorang Muslim. Satu hal yang aku ambil dari sini, Obama mempunyai hubungan yang dekat dengan kaum muslimin, dan aku adalah muslim, jadi aku merasa dekat dengan Obama. Mungkin hal ini akan menjadi sangat fenomenal jika ternyata Barack Obama adalah seorang muslim, golongan orang yang ‘selalu dianggap’ teroris oleh bangsa Amerika apalagi setelah kejadian WTC. Amerika dipimpin oleh seorang muslim?! Gak kebayang. I just wondering, If Obama were a Moslem, whether the citizen change their mind to choose others candidate except Obama..

7. Barack Obama menjanjikan banyak hal
Untuk hal yang satu ini, aku tidak ingin berkomentar banyak. Warga Amerika menaruh banyak harapan terhadap beliau. Beliau memiliki banyak janji terutama tentang perdamaian dan pengembalian ekonomi Amerika. Satu hal yang aku sadari, ternyata warga sebuah Negara adidaya pun bisa terkena masalah krisis perekonomian. Untuk hal ini, aku yakin warga Indonesia akan lebih ahli untuk menanganinya, karena kita sendiri sudah sering terkena krisis, dan sudah terbiasa hidup susah. Di pidato kepresidenannya yang pertama pun, beliau mengungkit-ungkit lagi tentang perdamaian. Bahkan beliau juga memilih Islam sebagai salah satu topik pembicaraannya. Beliau mengatakan bahwa bangsa Amerika adalah sahabat bagi bangsa lain, begitu juga bagi negara-negara muslim. Dan terkesan beliau ingin mengembalikan hubungan baik dengan Negara-negara muslim tersebut.
Rakyat tidak butuh janji-janji, tapi mereka butuh pembuktian. Satu hal yang aku takuti dari banyak berjanji adalah tidak terlaksananya janji tersebut. Karena jika itu terjadi, hal itu hanya akan membuat Obama menjadi seorang yang munafik. Jadi, mari kita tunggu janji-janji tersebut terlaksana. “Yes, We can!” (Yes, you can, Obama!). Untuk hal yang satu ini, hanya waktu yang bisa membuktikan.

8. Siapakah “orang-orang” di balik Barack Obama?!
Kurang lebih, 23 hari sebelum Obama dilantik, perang di Palestina terjadi. Serangan Israel yanga membabi buta di tanah Palestina menjadi topik utama pemberitaan 20 hari terakhir sebelum pelantikan Obama. Negara-negara lain berharap banyak pada Obama, berharap ia akan segera bertindak untuk hal ini karena tema perdamaian yang selalu diusungnya. Namun apa yang ia katakan?! “Sampai tanggal 20 nanti hanya akan ada 1 presiden Amerika!”. Hal ini yang membuatku pandanganku terhadap beliau “sedikit” jatuh! Tapi aku senang, disaat banyak stasiun televisi menayangkan kehebatannya, terutama pada malam pelantikan, ada salah sebuah stasiun televisi yang menampilkan cuplikan saat Obama berpidato di depan warga jewish yang berada di Amerika. Dalam pidatonya ia menyebutkan bahwa ia akan menjamin kesejahteraan warga Yahudi dan menjamin perdamaian di Israel. Dan untuk warga Palestina, mereka harus mau berbagi dengan warga Israel. Dan satu pernyataan yang membuatku geram, di akhir pidatonya ia menyebutkan bahwa “Saya akan menjamin bahwa Yerusallem akan menjadi ibu kota Israel!”. Selesai pidatonya, aku hanya mendengar berbagai teriakan, tepukan, dan usungan dari warga Yahudi yang menyaksikan pidato tersebut. Waw! Jujur saja, aku sangat kaget.
Ternyata, Amerika itu sudah dipenuhi dengan Yahudi, dan berarti mayoritas pemilih dari Obama tidak lain tidak bukan adalah warga Yahudi. Maksudku, terpilihnya Obama disini tidak lepas dari hasil jerih payah warga Yahudi. Dan tidak menutup kemungkinan, atau bahkan sudah, Obama akan menjadi boneka Yahudi selanjutnya.

Obama memang merupakan sebuah fenomena, dari jalan kehidupannya, keluarganya, janji-janjinya, dan sampai akhirnya sekarang ia menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika. Namun, Obama tidak sendirian, ia memiliki “orang-orang” di belakangnya. Siapakah mereka?! Aku tidak tahu.
Aku tidak tahu, apa yang bisa kuharapkan dari seorang Obama. Satu hal yang aku bisa harapkan, semoga ia tidak menambah list orang-orang munafik yang ku punya.