Ibuku..ibu paling hebat sedunia!
Karena hari ini ibu dari kedua teman dekat saya berulang tahun, saya jadi ingin menulis tentang ibu..ibu saya tentunya..
Ibu..sekai de ichiban taisetsu na koto (hal paling penting di dunia)
Ibu..sekai de ichiban rippa na okaasan (ibu paling hebat di dunia)
Ibu..you are sooo great!
Kadang-kadang aku sebal..karena ibu terlalu hebat, aku jadi tidak bisa mandiri..semua serba ibuuu..
Aku berpikir, betapa beruntungnya ayahku mendapatkan ibuku yang sangat keren! Ibuku jago masak, bikin kue, nyetir, naik angkot, bawa barang belanjaan berat-berat, sabar menghadapi cobaan, yang aku herannya, kayaknya hanya sedikit sifat dan kemampuan ibu yang menurun padaku..padahal aku anak perempuan satu-satunya di keluarga. Bahkan ayah selalu bilang..”ini anak gadis satu-satunya kok gak bisa diandalin ya??” dan ibu selalu bilang “gampang kok ti, belajar kayak gini mah cepet..” HUAAAAAA!! T.T
Ibuuu..Hanya kau yang mengerti aku...T0T
Gak punya baju...IBUUU
Laper..IBUUU
Baju rusak...IBUUU
Tas putus...IBUUU
Resleting lepas...IBUUUU
Semua serba ibu..
Aku berharap suatu saat dapat menjadi seorang istri seperti ibuku..
Satu hal yang baru aku sadari, ibuku adalah seorang fast-learner..otak kanan banget..berkebalikan dengan ayahku yang sangat logis, perhitungan, analisis yang mencerminkan otak kiri..Ibu yang cerewet dan selalu menilai dengan penuh perasaan tapi mudah memaafkan yang berbeda dengan ayah yang terkadang seperti cuek, dingin, dan tetap cool namun sekalinya bicara, suasana berubah..dan mungkin itu alasan mengapa akhirnya mereka bersatu..saling melengkapi, seperti jari tangan kanan dan kiri yang saling mengisi antara satu sama lain..
Ibu, terima kasih untuk selalu percaya padaku bahwa aku bisa menjadi seperti dirimu kelak.
Ibu, terima kasih karena selalu ada saat aku butuhkan.
Ibu, terima kasih karena tidak menuntut banyak.
Ibu, terima kasih karena selalu mengingatkan ku makan
Maaf karena aku belum bisa memberikan yang terbaik saat ini, tapi aku akan selalu berusaha..InsyaAllah..
Doakan ya buuu..^^
9:23 AM | 4 Comments
Nightmare..yang berujung pada muhasabah diri..
Perasaan ini, perasaan yang kurasakan selama beberapa hari ini, perasaan yang bahkan tidak bisa kudeskripsikan benar-benar membuat hati resah. Perasaan seperti di depanmu tidak ada harapan. Perasaan seperti beban dunia ini terlalu berat. Perasaan dimana aku tidak dapat menyelesaikan semuanya. Dan akhirnya aku memilih tidur sebagai jalan keluar yang paling mungkin aku lakukan.
Kematian, siapa yang percaya dengan datangnya kematian? Aku yakin semua orang percaya akan adanya itu.
Namun, pertanyaan selanjutnya yang muncul, “sudah siapkah kita untuk menghadapinya?”. Pertanyaan yang meresahkan bukan? Selama ini kita hidup dengan tenang-tenang saja, sampai lupa bahwa sebenarnya kita hidup untuk mati. Selama ini kita mengkhayal, berharap, berencana tanpa memikirkan bahwa rencana-rencana kita mungkin saja tidak akan pernah terlaksana, karena malaikat maut telah mencabut nyawa si pembuat rencana ‘sebelum waktunya’. Siapa yang tahu, betapa tingginya cita-cita anak-anak kecil di Padang, betapa bahagianya para warga di Ciwidei saat membicarakan tentang masa depan, betapa berseri-serinya anak-anak di Palestina membicarakan tentang akan jadi apa mereka nanti. Namun, musibah dengan sekejap merebut nyawa mereka, membiarkan semua cita-cita, rencana, harapan musnah bersama terkuburnya jasad ini.
Kematian datang tanpa mengenal usia. Bukan berarti orang yang lebih tua akan cepat mati. Siapa sangka seorang cucu berusia 7 tahun dipanggil kehadapan sang Illahi lebih dulu dari neneknya yang sudah berusia 70 tahun dan sakit-sakitan. Siapa sangka seorang bayi baru lahir langsung kembali kehadapan sang Illahi bahkan sebelum ia sempat melangkahkan kakinya di dunia. Siapa sangka orang yang sehat wal ‘afiat meninggal lebih dulu dibandingkan orang yang sudah terkena penyakit kronis dan divonis tidak akan selamat oleh manusia.
Jangan berpikir bahwa kita yang sedang hidup nyaman di dalam rumah yang hangat akan selamat dari kematian dibandingkan dengan teman-teman kita yang hidup di alam. Karena kematian dapat menjemput kapanpun dan dimanapun, dan tidak ada seorang pun yang tahu. Tidak ada.
“Sudah siapkah kita untuk menghadapinya?”
Pertanyaan itu berulang kali muncul di benakku. Aku, dengan aku yang sekarang, aku akan menjawab “belum siap” . Tapi, tidak ada tawar-menawar tentang ini. Mau tidak mau harus siap. Tapi, apa yang akan kubawa saat aku mati nanti? Apakah aku akan membawa setumpuk amalan atau malah akan membawa berton-ton dosa dihadapan Allah SWT? Naudzubillahimindzalik.
Teman-teman, apakah teman-teman pernah merasakan kegalauan hidup, merasa seperti beban dunia ini terlalu berat untuk dipikul? Tenang teman-teman, karena sesungguhnya beban-beban itu merupakan sebuah batu loncatan untuk kita mencapai hari akhir. Kehidupan dunia ini fana, semu, menggiurkan namun juga tak jarang membawa pada kesesatan. Orang-orang sering bertindak tanpa berpikir bahwa hidup ini adalah segala-galanya. Kehidupan yang sekarang kita jalani adalah ‘hanya’ sebuah ‘permainan’, untuk mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya sebagai bekal untuk memasuki kehidupan sebenarnya nanti. Pada akhirnya kita akan tetap masuk pada titik ‘game over’. Namun, poin yang kita kumpulkan akan menempatkan kita pada urutan-urutan skor. Apakah kita dapat menjadi pemegang poin tertinggi?
Pesan saya, jangan terlalu mencintai dunia, kawan, karena nanti kita akan berat untuk meninggalkannya. Jangan terlalu banyak berkhayal, kawan, karena kita tidak tau sampai dimana umur kita kan berada. Jangan terlalu stres, kawan, menghadapi permasalahan dunia, karena dunia hanya sebagai persinggahan untuk kehidupan selanjutnya. Jangan sia-siakan tempat dan waktu kalian berada saat ini, kawan, karena mungkin tidak akan ada hari esok. Jangan menghabiskan waktumu sendirian, kawan, karena pada saat di dalam kubur nanti kau akan sendirian. Kumpulkanlah amalan sebanyak-banyaknya, lakukanlah yang terbaik yang bisa kau lakukan sekarang, karena mungkin memang tidak ada hari esok untukmu. Jadilah sebaik-baiknya manusia sampai nanti kau akan siap mengatakan, “Sesungguhnya aku sangat menanti-nantikan pertemuan dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW di sana”.
Aku terbangun dari tidurku.
Malam ini, malam dimana akhirnya aku menemukan jawaban atas segela keresahan. Jawaban dari pertanyaan, “untuk apa aku hidup?”
Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi robbil’aalamiin.
“Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku, dan matiku semata hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam”
(tulisan ini dibuat saat aku terbangun dari mimpi tentang seorang sahabatku, orang yang mempunyai rencana-rencana mulia dalam hidupnya, meninggalkan dunia ini secara tiba-tiba. Semoga hanya sekedar mimpi..)
11:33 AM | 2 Comments
10 Siasat Mengurangi Stres
Hari ini kunjungan ekstramural dalam rangka mata kuliah etik ke klinik teratai RSHS. Padahal kami sedang menjalani sistem Genitourinari. Saya sendiri tidak tau kenapa saya bisa sampai di klinik teratai untuk pasien HIV. Namun, ternyata kunjungan hari ini sangaaaat seru..selain diskusinya yang menyenangkan, keliling-keling rumah sakit dan sedikit menganamnesa pasien penyakit kulit, saya menemukan sebuah kertas yang terpajang di dinding dengan tulisan 10 SIASAT MENGURANGI STRES. Mau tau apa aja?
1.Perhatikan alam di sekitar anda
2.Tertawa
3.Napas dalam-dalam
4.Seka tubuh dengan handuk panas
5.Ingat 10 hal yang membuat kita bersyukur tiap hari
6.Konsentrasi ketika mengunyah makanan
7.Lakukan dan nikmati pijat
8.Catat pengalaman tiap hari
9.Lakukan meditasi atau berdoa tiap hari
10.Luruskan hubungan yang mengganjal
Nah, berhubung saya tadi buru-buru, jadi tidak sempat menyatat penjelasan tiap poin. Jadi, silahkan diinterpretasikan sendiri ya kawan..Semoga sedikit tips yang dibawa dari klinik teratai ini bisa menjadi sedikit pelepas kestressan teman-teman sekalian terutama dalam menghadapi skripsi ataupun tugas akhir..SEMANGAT!! \(^0^)/
8:24 AM | 0 Comments