feedburner

Teruslah bergerak, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu,
Teruslah berlari, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu,
Teruslah berjalan hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu

undefined
undefined

Hati yang tersakiti

Seandainya aku dapat mengembalikan waktu, aku ingin kembali ke masa kanak-kanakku, dimana sebuah kesalahan belum berarti ”kau harus bertanggung jawab dan kau harus mendapatkan sebuah hukuman”, dimana orang-orang masih bisa memaafkan setiap perkataan yang terucap dan perbuatan yang terlaksana.

Seharusnya, sebelum aku terjun dalam kehidupan nyata ini, aku membaca banyak buku tentang teori manusia:


  • Bagaimana manusia itu hidup?
  • Bagaimana manusia itu merasa?
  • Bagaimana manusia itu bertindak?
  • Bagaimana manusia itu berpikir?

kalau di dunia ini semua orang berbeda, berapa banyak buku tentang sifat manusia yang harus kupelajari?
Seiring berjalannya waktu aku terus mengupulkan lembar demi lembar perkamen kumpulan sifat manusia. Namun di sela-sela perjalananku kurasa aku telah menemukan cara yang mudah untuk menghafalkan dan mengerti sifat manusia yaitu dengan memegang prinsip:

” Perlakukaanllah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan”

Aku terus memegang prinsip tersebut. Namun, makin kesini sepertinya aku merasakan ada yang salah dengan hal itu. Dari tulisan-tulisanku tentang orang lain, dari kejadian-kejadian yang menimpaku, dari teguran teman-temanku..aku merasa... aku salah...
Bertubi-tubi teguran kudapatkan dari makian, cacian, ditinggal teman sampai klimaksnya adalah aku ditegur orang yang sangat kukagumi,orang yang kupikir mengenal aku.

dan hal itu semua terjadi karena prinsip yang kupegang tadi.

Sekarang aku bingung tentang apa yang harus kulakukan selanjutnya, menyadari bahwa aku tidak memiliki kompetensi untuk bergaul dengan orang lain, selalu menjadi beban bagi orang lain, selalu menyakiti perasaan orang lain.

Apakah aku harus hidup sendiri saja?

Karena dengan begitu tidak akan ada hati yang tersakiti. Namun seandainya bisa begitu.

Sekarang aku sadar aku memang pantas untuk ditinggalkan teman. Aku masih harus belajar banyak sebelum terjun ke dunia yang sebenarnya.

Mungkin aku memang masih kurang iman dan ilmu untuk memperlakukan bahkan untuk mengkritik orang lain. Semua kata yang terucap hanya menjadi sebuah paku yang tertancap di hati orang lain, seperti sebuah cerita yang pernah aku dengar tentang hati yang bagaikan kayu. Saat paku menembus kayu tsb, meskipun paku tersebut sudah dilepaskan, akan selamanya tersimpan bekas di atasnya.

Bodohnya lagi aku tidak belajar dari kesalahan.

Aku sudah pernah ditegur oleh seniorku ”mulutmu harimaumu” dan sekarang kejadian itu berulang.

Aku ingin menyampaikan sebuah statement kepada semua orang yang pernah berinteraksi denganku:

”Maafkan aku saudaraku. Maafkan atas mulut yang tak terjaga, tangan yang tak terkontrol, dan pikiran yang tak bersih ini”

Aku ingin sendiri... karena dengan begitu tidak akan ada lagi hati yang tersakiti... kecuali hatiku sendiri..